Islam Times- "Kalau MUI kan dia konteksnya bukan kekerasan, MUI itu lebih banyak soal tindakan intoleransi. Misalnya membuat statement fatwa-fatwa yang cenderung intoleran, jadi karena itu dia naik. Ini trennya memang naik,"
|
Tolak preman berkedok agama
Skala intoleransi atau pelanggaran atas kebebasan beragama di Indonesia dalam beberapa laporan yang dipublikasikan sejak Januar 2014 lalu, terus meningkat dan meluas. Setara Institute selaku organisasi pengawas hak asasi dan demokrasi, misalnya, mencatat peningkatan kasus intoleransi dari 13 kasus pada 2012 menjadi 20 kasus pada 2013.
"Pelanggaran (kebebasan beragama) terjadi di wilayah yang sebelumnya tak ada pelanggaran di sana," ujar Wakil Ketua Setara Institute Bonar Tigor Naipospos mengutip ABNA, 18 Januar 2014. Intoleransi, lanjutnya, menyebar seperti virus dan dilakukan atas nama agama.
The Wahid Institute juga pernah mempublikasikan hasil penelitiannya terhadap beberapa sampling organisasi keagamaan yang intoleran. Dalam laporan itu, Majelis Ulama Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai lembaga paling intoleran.
"Kalau MUI kan dia konteksnya bukan kekerasan, MUI itu lebih banyak soal tindakan intoleransi. Misalnya membuat statement fatwa-fatwa yang cenderung intoleran, jadi karena itu dia naik. Ini trennya memang naik," terang peneliti Wahid Institute M Subhi Azhari, megutip metrotvnews.com, Senin, 20 Januari 2014.
Catatan tentang meningkatnya intoleransi beragama juga datang dari institusi mancanegara. Dalam laporan Christian Solidarity Worldwide (CSW) yang rencananya akan diluncurkan pada 25 Februari mendatang di Parlemen Inggris, terdapat peringatan bahwa "intoleransi keagamaan tidak lagi terbatas pada wilayah yang dikenal konservat seperti Jawa Barat dan Aceh, juga tidak terbatas pada penganut agama Kristen dan Ahmadiyah. Kalangan Muslim Syiah, Muslim Sufi, Konghucu, Buddha, Hindu, Baha'i, Yahudi, aliran kepercayaan, dan ateis juga mengalami serangan." (IT/rj)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar