“Indonesia
itu Bhinneka dan Islam adalah Rahmatan lil a’lamiin. Ikhtilaf adalah
rahmat. Jangan dipaksakan lah, nanti jadinya kayak di Afghanistan dll.
Masyarakat kita ini mendambakan ketenangan dan ketentraman dalam Islam
bukan provokasi. Sekali lagi saya tegaskan, Indonesia itu bhinneka. Jadi
jangan dipaksakan kayak Afghanistan,”
“Saya sebenarnya kasihan. Kenapa hidup mereka malah dibuang sia-sia untuk membenci dan mengkafirkan orang? Mestinya ditunjuki ini Islam yang damai, sejuk. Tapi kenapa yang sudah Islam kok malah dikafir-kafirkan?”
Itulah tanggapan Kapolsek Bekasi Selatan, Kompol Susilo Edy, SH. MH, atas aksi kelompok radikal, jamaah Masjid Muhammad Ramadhan yang Senin malam (17/2) mengepung Polsek Bekasi Selatan menuntut dibebaskannya Adam Amrullah yang dicokok Kepolisian (17/2) karena tuduhan mencemarkan nama baik pihak tertentu melalui media online (YouTube).
Kompol Susilo Edy yang juga pernah menjadi penyidik KPK ini memang dikenal sebagai sosok yang tak pandang bulu dan tegas menegakkan hukum. Ketika baru memanggil Adam Amrullah sebagai saksi saja, ia mengaku langsung mendapat tekanan dari berbagai pihak yang berkepentingan agar tidak meneruskan kasus tersebut. Tetapi dengan tegas tekanan itu ditolaknya. “Ini murni proses hukum. Saya tidak punya kepentingan apa-apa. Kenal dengan Adam Amrullah saja tidak. Saya profesional. Semua prosedur hukum sudah saya laksanakan sesuai aturan,” ujarnya.
Saat ditanya pendapatnya atas pembebasan Adam Amrullah hanya berselang satu jam setelah BAP-nya dia limpahkan ke Kejaksaan Bekasi, Kompol Susilo Edy hanya tersenyum dan mengatakan bahwa itu bukan kegagalan. “Saya tidak gagal. Saya sudah menjalankan tugas saya. Yang gagal itu orang yang menutupi kesalahan. Lagipula, kalau sudah di Kejaksaan kan berarti sudah di luar kewenangan saya.”
Sekaitan isu di berbagai media simpatisan Adam Amrullah yang menuduh Kompol Edy Susilo sebagai pengikut LDII karena mencokok Adam Amrullah yang juga mantan LDII, Kapolsek membantahnya. “Yang mereka lakukan itu suspect counter attack namanya. Untuk mengalihkan perhatian,” kata Edy. Juga atas tuduhan bahwa dirinya berlaku tidak manusiawi terhadap tersangka, Kompol Susilo Edy malah heran, “Kurang baik apa saya sebagai Kapolsek? Sejak hari pertama, karena tersangka bilang istrinya hamil, mau melahirkan, ini putra pertama, dan lain-lain, saya beri kesempatan, gak saya tahan. Baru tanggal 17 sehari menjelang tahap 2 (penyerahan tersangka dan barang bukti pada JPU) kemarin itu dia baru saya tahan.”
Kapolsek Bekasi Selatan yang juga pernah menangani kasus yang melibatkan anak buah John Kei di GOR Bekasi ini mengaku sangat heran atas reaksi para pendukung Adam Amrullah yang dinilainya sangat tak wajar dan berlebihan. Apalagi mayoritas pendemo diketahui bukanlah warga asli perum Taman Galaxy. “Saya ini pernah nangani kasus premanisme, anak buah John Kei. Itu juga dramatis. Tapi saya tahan 2 bulan, manut saja. Ini cuma sehari saja udah nggegerin negoro. Ada apa sebenarnya ini?” tanya Edy yang juga berada di TKP saat pendukung Adam Amrullah membawa senjata kayu dan obeng memaksa masuk ke Kejaksaan dengan mendobrak pintu gerbang dan memecahkan kaca pintu depan Kejaksaan Bekasi.
Kompol Susilo Edy mempertanyakan apa sebenarnya motif Adam Amrullah dan para pendukungnya yang berpaham radikal dan mudah melabelkan ‘kafir,’ ‘sesat,’ ‘thaghut’ pada polisi dan kelompok selain mereka ini. “Saya sebenarnya prihatin, kok sekarang ini banyak radikalisme ya? Yang ngajarin siapa? Ngajinya dimana? Tujuannya apa sebenarnya?”
Kapolsek Bekasi Selatan ini juga mengakui, sudah banyak laporan keresahan warga yang diterimanya terkait kelompok radikal yang menyabotase masjid-masjid warga dan menggantinya menjadi masjid radikal. “Gerakannya sangat masif. Pertama datang ke masjid, kemudian minta ngisi (sebagai penceramah). Kemudian berusaha jadi pengurus. Sudah jadi pengurus, mereka mengambil alih Masjid. Mendeklarasikan DKM sebagai badan otonom, beda dari yayasan tempat semula ia bernaung dan tak dapat diganggu gugat.”
Masjid Muhammad Ramadhan yang menjadi markas kelompok radikal ini berdemo pun sebenarnya adalah salah satu masjid yang sudah dilaporkan warga ke pihak kepolisian dan instansi pemerintahan terkait lainnya. Dan saat ini sedang dalam tahap mediasi. “Sangat bahaya ini… sangat bahaya… sangat bahaya…” tekan Kapolsek Bekasi Selatan ini, mengulangi perkataannya sampai tiga kali. “Indonesia itu Bhinneka dan Islam adalah Rahmatan lil a’lamiin. Ikhtilaf adalah rahmat. Jangan dipaksakan lah, nanti jadinya kayak di Afghanistan dll. Masyarakat kita ini mendambakan ketenangan dan ketentraman dalam Islam bukan provokasi. Sekali lagi saya tegaskan, Indonesia itu bhinneka. Jadi jangan dipaksakan kayak Afghanistan,” pungkasnya kepada ABI Press. [IT/Onh/Ass]
Sumber: http://ahlulbaitindonesia.org/berita/2574/wawancara-khusus-dengan-kapolsek-bekasi-selatan-%E2%80%A8%E2%80%A8/
Kapolsek Bekasi Selatan, Kompol Susilo Edy, SH. MH (ABI)
“Saya sebenarnya kasihan. Kenapa hidup mereka malah dibuang sia-sia untuk membenci dan mengkafirkan orang? Mestinya ditunjuki ini Islam yang damai, sejuk. Tapi kenapa yang sudah Islam kok malah dikafir-kafirkan?”
Itulah tanggapan Kapolsek Bekasi Selatan, Kompol Susilo Edy, SH. MH, atas aksi kelompok radikal, jamaah Masjid Muhammad Ramadhan yang Senin malam (17/2) mengepung Polsek Bekasi Selatan menuntut dibebaskannya Adam Amrullah yang dicokok Kepolisian (17/2) karena tuduhan mencemarkan nama baik pihak tertentu melalui media online (YouTube).
Kompol Susilo Edy yang juga pernah menjadi penyidik KPK ini memang dikenal sebagai sosok yang tak pandang bulu dan tegas menegakkan hukum. Ketika baru memanggil Adam Amrullah sebagai saksi saja, ia mengaku langsung mendapat tekanan dari berbagai pihak yang berkepentingan agar tidak meneruskan kasus tersebut. Tetapi dengan tegas tekanan itu ditolaknya. “Ini murni proses hukum. Saya tidak punya kepentingan apa-apa. Kenal dengan Adam Amrullah saja tidak. Saya profesional. Semua prosedur hukum sudah saya laksanakan sesuai aturan,” ujarnya.
Saat ditanya pendapatnya atas pembebasan Adam Amrullah hanya berselang satu jam setelah BAP-nya dia limpahkan ke Kejaksaan Bekasi, Kompol Susilo Edy hanya tersenyum dan mengatakan bahwa itu bukan kegagalan. “Saya tidak gagal. Saya sudah menjalankan tugas saya. Yang gagal itu orang yang menutupi kesalahan. Lagipula, kalau sudah di Kejaksaan kan berarti sudah di luar kewenangan saya.”
Sekaitan isu di berbagai media simpatisan Adam Amrullah yang menuduh Kompol Edy Susilo sebagai pengikut LDII karena mencokok Adam Amrullah yang juga mantan LDII, Kapolsek membantahnya. “Yang mereka lakukan itu suspect counter attack namanya. Untuk mengalihkan perhatian,” kata Edy. Juga atas tuduhan bahwa dirinya berlaku tidak manusiawi terhadap tersangka, Kompol Susilo Edy malah heran, “Kurang baik apa saya sebagai Kapolsek? Sejak hari pertama, karena tersangka bilang istrinya hamil, mau melahirkan, ini putra pertama, dan lain-lain, saya beri kesempatan, gak saya tahan. Baru tanggal 17 sehari menjelang tahap 2 (penyerahan tersangka dan barang bukti pada JPU) kemarin itu dia baru saya tahan.”
Kapolsek Bekasi Selatan yang juga pernah menangani kasus yang melibatkan anak buah John Kei di GOR Bekasi ini mengaku sangat heran atas reaksi para pendukung Adam Amrullah yang dinilainya sangat tak wajar dan berlebihan. Apalagi mayoritas pendemo diketahui bukanlah warga asli perum Taman Galaxy. “Saya ini pernah nangani kasus premanisme, anak buah John Kei. Itu juga dramatis. Tapi saya tahan 2 bulan, manut saja. Ini cuma sehari saja udah nggegerin negoro. Ada apa sebenarnya ini?” tanya Edy yang juga berada di TKP saat pendukung Adam Amrullah membawa senjata kayu dan obeng memaksa masuk ke Kejaksaan dengan mendobrak pintu gerbang dan memecahkan kaca pintu depan Kejaksaan Bekasi.
Kompol Susilo Edy mempertanyakan apa sebenarnya motif Adam Amrullah dan para pendukungnya yang berpaham radikal dan mudah melabelkan ‘kafir,’ ‘sesat,’ ‘thaghut’ pada polisi dan kelompok selain mereka ini. “Saya sebenarnya prihatin, kok sekarang ini banyak radikalisme ya? Yang ngajarin siapa? Ngajinya dimana? Tujuannya apa sebenarnya?”
Kapolsek Bekasi Selatan ini juga mengakui, sudah banyak laporan keresahan warga yang diterimanya terkait kelompok radikal yang menyabotase masjid-masjid warga dan menggantinya menjadi masjid radikal. “Gerakannya sangat masif. Pertama datang ke masjid, kemudian minta ngisi (sebagai penceramah). Kemudian berusaha jadi pengurus. Sudah jadi pengurus, mereka mengambil alih Masjid. Mendeklarasikan DKM sebagai badan otonom, beda dari yayasan tempat semula ia bernaung dan tak dapat diganggu gugat.”
Masjid Muhammad Ramadhan yang menjadi markas kelompok radikal ini berdemo pun sebenarnya adalah salah satu masjid yang sudah dilaporkan warga ke pihak kepolisian dan instansi pemerintahan terkait lainnya. Dan saat ini sedang dalam tahap mediasi. “Sangat bahaya ini… sangat bahaya… sangat bahaya…” tekan Kapolsek Bekasi Selatan ini, mengulangi perkataannya sampai tiga kali. “Indonesia itu Bhinneka dan Islam adalah Rahmatan lil a’lamiin. Ikhtilaf adalah rahmat. Jangan dipaksakan lah, nanti jadinya kayak di Afghanistan dll. Masyarakat kita ini mendambakan ketenangan dan ketentraman dalam Islam bukan provokasi. Sekali lagi saya tegaskan, Indonesia itu bhinneka. Jadi jangan dipaksakan kayak Afghanistan,” pungkasnya kepada ABI Press. [IT/Onh/Ass]
Sumber: http://ahlulbaitindonesia.org/berita/2574/wawancara-khusus-dengan-kapolsek-bekasi-selatan-%E2%80%A8%E2%80%A8/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar