Diriwayatkan
dari sebagian isteri-isteri Nabi SAW bahwa suatu hari kami sedang asyik
berbincang-bincang dengan beliau, begitu datang waktu shalat
seakan-akan kami tidak saling mengenal dan satu sama lain sibuk dengan
dirinya sendiri untuk menghadap Al-Haq.
Sayyidina Ali ketika sudah masuk waktu shalat tampak gelisah dan goncang, beliaupun ditanya oleh sahabatnya; “Ada apakah gerangan yang membuat anda gelisah dan risau?” Beliau menjawab; “Telah
datang waktu amanat yang Allah tawarkan kepada semua langit dan bumi
namun mereka semua menolak untuk mengemban amanat tersebut.”
Dalam
kondisi lain ketika siap untuk berwudhu wajah beliau berubah menjadi
pucat. Hal ini ditanyakan oleh sahabat beliau dan dalam jawabannya
beliau bersabda; “Tidakkah kau mengerti di hadapan siapakah aku akan berdiri?”
PARA SYUHADA MENSHALATI JENAZAH SAYYIDINA ALI
Orang-orang
Romawi telah menawan beberapa muslimin, mereka dibawa menghadap raja
Romawi, sang raja menawarkan kekufuran kepada mereka, namun mereka semua
menolaknya. Sang raja memerintahkan punggawanya untuk memasukkan mereka
ke dalam panci besar yang berisikan minyak zaitun yang sedang mendidih,
dan sang raja menyisakan satu orang dari mereka agar bisa menceritakan
kepada orang-orang Islam lainnya tentang tragedi yang mereka alami.
Orang inipun
bergegas menuju negara Islam, di tengah jalan ia mendengar suara derap
kaki-kaki kuda, ia berhenti, dan ternyata suara tersebut datangnya dari
kaki-kaki kuda kawan-kawannya yang dimasukkan ke dalam minyak yang
mendidih itu, ia pun bertanya kepada mereka bagaimana hal itu terjadi.
Mereka menjawab : “Begitu
Sayyidina Ali meninggalkan dunia yang fana ini, terdengarlah suara
panggilan dari langit memanggil seluruh orang-orang syahid baik di
daratan maupun di lautan sambil berkata : “Ketahuilah bahwa Amirul
Mukminin Ali bin Abi Thalib telah syahid maka shalatilah jenazahnya.”
Kami semua pun keluar dari kubur kami dan menshalati jenazah beliau, dan
sekarang kami akan kembali lagi ke tempat kami semula.”
Tentunya harus diketahui, bahwa ini adalah kisah alam barzakh yang ditampakkan oleh Allah kepadanya.
SAYYIDAH MARYAM MENINGGAL DUNIA DALAM MIHRAB IBADAHNYA
Kebetulan
pada hari itu, Nabi Isa as lama sekali tak kunjung tiba, hingga masuk
waktu Isya’. Begitu beliau turun dari atas gunung sambil membawa sedikit
tumbuh-tumbuhan untuk buka puasa ibundanya, ternyata beliau dapati
ibunya sedang tidur. Ia berkata pada dirinya: “Alangkah baiknya apabila aku biarkan beliau sedikit beristirahat,”
kemudian Isa as sibuk beribadah hingga lewat sepertiga malam, ia
melihat ibundanya masih tidur, dipanggilnya namun tak ada jawaban. Ia
berkata lagi pada dirinya: “Biarlah beliau tidur”, iapun tidak berbuka hingga terbit fajar.
Nabi Isa as
mulai diliputi kekhawatiran sebab ibunya tidak pernah tidur begitu
lama, didekatinya tubuh sang ibunda ternyata beliau telah tiada. Isa as
meletakkan wajahnya di atas wajah ibunya sambil menangis dengan disertai
oleh tangisan para malaikat. Jibril, Mikail, serta para bidadari surga
turun ke bumi demi membantu Isa as dalam mengurusi jenazah ibunya.
Pada saat
malaikat pencabut nyawa turun ke bumi untuk mencabut nyawa Maryam yang
kala itu sedang berada dalam mihrab ibadahnya, ia berkata; “Salam sejahtera atasmu wahai Maryam yang selalu berpuasa dan menghidupkan malam.”
TIADA BANDING DALAM TAKWA DAN IBADAH
Sayyidah
Zainab yang mendapat pendidikan dari langit ini merupakan salah seorang
pembina manusia terbesar dan termasuk seorang ibu terpenting bagi
masyarakat manusia – beliau tumbuh dalam pangkuan kenabian serta buaian
imamah dan wilayah di tempat turunnya wahyu.
Dalam hal
keutamaan manusiawi, beliau tiada tanding, begitu pula dalam hal
kesabaran, zuhud, ketakwaan, kefasihan, keutamaan, ibadah, keterputusan
mutlak dari makhluk (hanya bergantung pada Sang Mahakuasa), kemuliaan
jiwa, serta karakter yang kuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar