Senin, 17 Maret 2014

Imperialisme AS Paling Biadab Versus Dunia

Menurut Kimberley, istilah imperialisme mungkin tak lagi digunakan dalam beberapa dekade terakhir. "Jika terlihat sedikit berbalik ke belakang," tulis Kimberley, "itu hanya karena tidak banyak warga Amerika yang berkomitmen untuk mengatakan kebenaran yang buruk ihwal pemerintahnya.
Tentara AS
Tentara AS

Presiden Obama telah menempatkan seluruh bangsa dalam Daftar Bunuh-nya. Suriah dan Venezuela bergabung dengan Libya dan Irak sebagai negara yang telah dibuat gagal, sementara Ukraina terbang ke dalam orbit NATO (Uni Eropa). Proyek neo-konservatif untuk abad Amerika baru telah mencapai hasil penuh di bawah presiden dari Partai Demokrat, yang kini memiliki banyak takik di bedilnya. Demikian ungkap analis Margaret Kimberley.

Menurut Kimberley, istilah imperialisme mungkin tak lagi digunakan dalam beberapa dekade terakhir. "Jika terlihat sedikit berbalik ke belakang," tulis Kimberley, "itu hanya karena tidak banyak warga Amerika yang berkomitmen untuk mengatakan kebenaran yang buruk ihwal pemerintahnya. "Selama era perang dingin, lanjutnya, tersebar kabar bahwa komunisme meningkat pengaruhnya melalui efek domino, merobohkan negara satu per satu dan memaksa mereka memasuki orbit Moskow atau Beijing. Pada abad ke-21, muncul teori domino baru yang menempatkan setiap bagian dari dunia ke jejaring Amerika.

Barack Obama, ujar Kimberley, telah berhasil memperluas pengaruh Amerika dengan cara yang bisa diimpikan George W. Bush dan Dick Cheney. "Proyek neo-konservatif untuk abad Amerika baru telah mencapai hasil penuh di bawah presiden dari Partai Demokrat itu, yang kini memiliki banyak takik di bedilnya. Ia dan seluruh pemimpin NATO memulai jejak kehancuran dengan Libya, merobek-robek negara itu di balik kedok 'menyelamatkannya'," imbuhnya.

Menurut Kimberley, dengan menggunakan kebohongan dan para pelayan di media korporasi, mereka membangun sebuah kisah tentang seorang tiran dan orang-orang yang mengharapkan perlindungan. "Kejahatan itu berhasil membuat mereka dan sekutu monarkinya di Teluk terlihat jauh lebih berani dan memutuskan bahwa Suriah akan menjadi domino berikutnya," katanya.

Namun, lanjut Kimberley, rencana itu tidak berjalan secepat yang dibayangkan Obama dan seluruh tim pembunuhnya. "Ketika parlemen Inggris menolak melakukan petualangan militer baru, tinggalah Obama menggerutu di televisi nasional. Ia dipaksa untuk mundur dari posisi bersikukuh yang baru diambilnya beberapa hari sebelumnya" tulisnya.

Kemunduran semi-komedi itu, kata Kimberle,y hanya sementara karena monster harus diberi makan dengan biaya apapun. "Sistem ini tidak dapat lagi menopang dirinya sendiri dan kekerasan pun menjadi satu-satunya jalan keluar. Tak ada yang kuno seputar imperialisme . Kekuatan jahat ini masih hidup dan afiat," tegasnya.

George W. Bush berupaya menggulingkan revolusioner Bolivarian yang terpilih secara demokratis di Venezuela ketika ia berkomplot dengan pihak oposisi melawan mendiang Hugo Chavez, papar Kimberley. "Obama jelas lebih berkomitmen terhadap kekerasan dibandingkan pendahulunya dan telah membantu menghidupkan sayap kanan Venezuela yang ingin membebaskan diri dari Nicolas Maduro," lanjutnya.

Kimberley menilai, warga Venezuela telah memilih revolusinya berkali-kali. "Namun AS, negara yang tidak pernah berhenti menyebut dirinya demokratis, telah menggagalkan keinginan mereka yang jelas-jelas terus diekspresikan dari waktu ke waktu. Tapi itulah esensi kekaisaran imperialis," tulisnya.

Saat memblokir untuk sementara pemberontak bersenjata Suriah, lanjut Kimberley, Barat beserta monarki Teluk Persia, "Israel", dan kelompok jihadis terus berupaya menggulingkan pemerintah Bashar al-Assad di Suriah. "Perang biadab itu telah mengakibatkan ribuan warga Suriah kehilangan tempat tinggal dan pengungsi kelaparan. Semua itu dikarenakan kekaisaran (imperialis) membutuhkan domino berikutnya," katanya.

AS tak hanya ikut campur di halaman belakang sendiri, tapi juga tanpa henti ikut campur di sisi lain dunia yang jauh, yaitu di Ukraina, terang Kimberley. "Ketidakpuasan rakyat terhadap presiden negara itu menjadikan usaha membawa negara itu ke dalam lingkup pengaruh ekonomi barat berhasil namun dengan memasang tali penghematan yang mengerikan. Ukraina menghadapi pilihan: bangkrut atau diselamatkan untuk kemudian mati perlahan ala Yunani," lanjutnya.

Sementara intrik terjadi, kata Kimberley, Presiden Obama memperingatkan Vladimir Putin untuk tidak ikut campur dengan ancaman sanksi. "Adegan sesekali protes kekerasan jalanan di Ukraina kebetulan memperjelas maksud klaim terkenal AS 'bertanggung jawab melindungi' sebagai tidak pernah melindungi siapa pun yang benar-benar membutuhkan bantuan dan telah membawa begitu banyak penderitaan bagi masyarakat di seluruh dunia," tegasnya.

Setiap invasi, pendudukan, dan gangguan dalam beberapa tahun terakhir, lanjut Kimberley, dapat diletakkan di telapak kaki AS dan sekutunya. "Irak telah dihancurkan secara harfiah, Iran dilumpuhkan secara ekonomi. Libya dirampas, dan Suriah berada di tepi jurang," katanya.

AS cukup terbuka untuk menjelaskan bahwa dirinya ingin memiliki jalan di dunia, tulis Kimberley. "Jika mencoba menggunakan pengaruhnya, maka Rusia akan difitnah dan dikarikatur sebagai diktator kejam yang dikendalikan seorang tiran. Tidak peduli berapa banyak pemilihan umum yang dimenangkan Chavez dan sekarang Maduro, mereka tetap disebut diktator oleh kepala perunding Amerika," lanjutnya.

Sebuah negara yang merasa dirinya adidaya itu (AS), ujar Kimberley, dapat menyulut konflik di mana pun dan kapan pun yang diinginkanya. "Venezuela harus menyerah kalah atau menghadapi masa depan yang lebih bergejolak dan penuh kekerasan. Ukraina harus meneken kebijakan ekonomi yang telah terbukti menjadi malapetaka. AS meninggalkan sidik jari pada semua itu dan di banyak tempat lain, dan itulah inti imperialisme. Ini semua berkenaan dengan pengendalian melalui kekuatan brutal paling biadab yang ada," paparnya.

AS, lanjut Kimberley, memang belum secara resmi menjadikan Venezuela atau negara lainnya sebagai koloni. "Namun AS merasa tidak perlu melakukan itu. Hanya, harus ditunjukkan bahwa itu (AS) adalah bos dan kartu domino akan jatuh di mana pun sesuai keinginannya," pungkasnya. (IT/GR/rj)
 
 
 
Sumber : Islam Times

Tidak ada komentar:

Posting Komentar