Merasa tak cukup dengan "fatwa" yang memang tidak populer itu,
MUI Jatim pun mengunjungi Batam, Kepulauan Riau, dengan membawa agenda
"sosialisasi anti-Syiah". Pada Selasa (18-3-2014), pukul 20.00, delegasi
MUI Jatim itu mengadakan pertemuan dengan MUI Batam di Hotel Pusat
Informasi Haji (PIH), Batam.
Upaya mendiskreditkan mazhab Islam Syiah dan memprovokasi umat Islam Indonesia agar saling bertengkar dan berpecah belah makin gencar dilakukan sejumlah pihak yang dikenal intoleran. Salah satunya yang cukup vokal menyuarakan sentimen anti-Syiah, bahkan memfatwakan "sesat", adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur.
Merasa tak cukup dengan "fatwa" yang memang tidak populer itu, MUI Jatim pun mengunjungi Batam, Kepulauan Riau, dengan membawa agenda "sosialisasi anti-Syiah". Pada Selasa (18-3-2014), pukul 20.00, delegasi MUI Jatim itu mengadakan pertemuan dengan MUI Batam di Hotel Pusat Informasi Haji (PIH), Batam.
Pertemuan yang berlangsung tertutup itu dihadiri ketua MUI Batam Usman Hamid beserta sekretarisnya, dan Kepala Kementrian Agama Batam Drs. Zulkifli, SE, AK. Hadir pula sejumlah perwakilan organisasi massa keislaman setempat, seperti Forum Pembela Ahlussunah wal Jama'ah (FPA), Persatuan Mubaligh Batam (PMB), MIUMI, Muhammadiyah, dan Nahdhatul Ulama (NU).
Dalam pertemuan itu, sebagaimana dilaporkan reporter Islam Times, Zulkifli memaparkan bahwa Batam merupakan kota majemuk yang terdiri dari berbagai etnis dan agama. Posisi Batam yang strategis juga memberi ruang bagi lalu lintas dakwah berbagai elemen keagamaan dan mazhab.
Puncaknya, Zulkifli menyinggung keberadaan mazhab Syiah. "Terkesan, pemaparan itu memang sengaja diarahkan untuk menyoroti perkembangan Syiah, khususnya di Kepulauan Riau," ujar salah seorang sumber yang ikut hadir dalam pertemuan itu namun enggan disebutkan namanya.
Zulkifli memberi apresiasi setinggi-tingginya pada MUI Jatim yang dinilai tegas mengeluarkan fatwa yang menyikapi persoalan Syiah. Meski tahu betul perkembangan Syiah yang cukup pesat di belahan Kepulauan Riau lainnya, yaitu di Tanjung Balai Karimun, namun ia mengaku belum dapat mengidentifikasi keberadaan Syiah di Batam.
Selepas para undangan menyampaikan pandangannya tentang Syiah, moderator pun membuka sesi tanya-jawab. Wakil Hang FM (radio yang sempat digeruduk warga Batam beberapa waktu lalu karena dianggap takfiri menyangkut konten siarannya yang menghujat pemahaman umum keislaman Ahlussunnah wal Jama'ah) langsung mengajukan petanyaan, sekaligus mendesak seluruh cabang MUI untuk mengikuti langkah MUI Jatim.
Kontras dengannya, wakil FPA, Ust. Kholiq Ridwan, justru mempertanyakan tentang mengapa MUI Jatim begitu cepat mengeluarkan fatwa sesat Syiah. "Padahal, sepengetahuan saya, Syiah tidak pernah membuat masalah," tegasnya.
Selain itu, lanjutnya, Syiah diakui sebagai bagian dari umat Islam sebagaimana maktub dalam Risalah Amman 2004. "Syiah sudah ada di Indonesia selama ratusan tahun, sedangkan Wahhabi[sme] yang tak pernah diakui sebagai mazhab yang sah dan cukup menimbulkan masalah, justru tidak direspons dan terkesan dibiarkan," imbuh Ust. Kholiq.
Tak ayal, suasana forum itu mulai memanas. Sejurus kemudian, MUI Jatim menyampaikan jawaban sekenanya dan beraroma diplomatis. Bahkan, salah satu undangan menyatakan bahwa masalah Wahhabisme secara khusus agak sulit disikapi karena Wahhabisme merupakan bagian dari [mazhab] Ahlusunnah, terlebih para pembesar mereka merupakan "khadimul haramayn" (pelayan dua tempat suci Makkah dan Madinah).
Jawaban tidak logis dan terkesan dipaksakan itu kontan saja membuat sebagian hadirin, khususnya dari perwakilan NU, merasa tidak puas. "Apakah gelar (yang diklaim sendiri) dan kedudukan itu menjamin mereka tidak sesat dan mewakili umat Islam?" Namun, tanpa mempedulikan ketidakpuasan mereka, pihak panitia buru-buru menutup acara itu.
Keluar dari ruangan menuju lobby hotel, reporter Islam Times menemukan beberapa lembar undangan seminar yang juga diprakarsai pihak MUI dan Dewan Dakah Islamiyyah Indonesia. Di situ terpampang tema seminar, "Bahaya dan Ancaman Syiah terhadap Keutuhan NKRI". Pihak NU Batam menilai seminar yang disponsori kelompok Wahhabi dalam tubuh Partai Keadilan Sejahtera itu sebagai bentuk pengalihan isu. (IT/Rj)
Berikut foto-foto MUI Jatim ke Batam
Upaya mendiskreditkan mazhab Islam Syiah dan memprovokasi umat Islam Indonesia agar saling bertengkar dan berpecah belah makin gencar dilakukan sejumlah pihak yang dikenal intoleran. Salah satunya yang cukup vokal menyuarakan sentimen anti-Syiah, bahkan memfatwakan "sesat", adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur.
Merasa tak cukup dengan "fatwa" yang memang tidak populer itu, MUI Jatim pun mengunjungi Batam, Kepulauan Riau, dengan membawa agenda "sosialisasi anti-Syiah". Pada Selasa (18-3-2014), pukul 20.00, delegasi MUI Jatim itu mengadakan pertemuan dengan MUI Batam di Hotel Pusat Informasi Haji (PIH), Batam.
Pertemuan yang berlangsung tertutup itu dihadiri ketua MUI Batam Usman Hamid beserta sekretarisnya, dan Kepala Kementrian Agama Batam Drs. Zulkifli, SE, AK. Hadir pula sejumlah perwakilan organisasi massa keislaman setempat, seperti Forum Pembela Ahlussunah wal Jama'ah (FPA), Persatuan Mubaligh Batam (PMB), MIUMI, Muhammadiyah, dan Nahdhatul Ulama (NU).
Dalam pertemuan itu, sebagaimana dilaporkan reporter Islam Times, Zulkifli memaparkan bahwa Batam merupakan kota majemuk yang terdiri dari berbagai etnis dan agama. Posisi Batam yang strategis juga memberi ruang bagi lalu lintas dakwah berbagai elemen keagamaan dan mazhab.
Puncaknya, Zulkifli menyinggung keberadaan mazhab Syiah. "Terkesan, pemaparan itu memang sengaja diarahkan untuk menyoroti perkembangan Syiah, khususnya di Kepulauan Riau," ujar salah seorang sumber yang ikut hadir dalam pertemuan itu namun enggan disebutkan namanya.
Zulkifli memberi apresiasi setinggi-tingginya pada MUI Jatim yang dinilai tegas mengeluarkan fatwa yang menyikapi persoalan Syiah. Meski tahu betul perkembangan Syiah yang cukup pesat di belahan Kepulauan Riau lainnya, yaitu di Tanjung Balai Karimun, namun ia mengaku belum dapat mengidentifikasi keberadaan Syiah di Batam.
Selepas para undangan menyampaikan pandangannya tentang Syiah, moderator pun membuka sesi tanya-jawab. Wakil Hang FM (radio yang sempat digeruduk warga Batam beberapa waktu lalu karena dianggap takfiri menyangkut konten siarannya yang menghujat pemahaman umum keislaman Ahlussunnah wal Jama'ah) langsung mengajukan petanyaan, sekaligus mendesak seluruh cabang MUI untuk mengikuti langkah MUI Jatim.
Kontras dengannya, wakil FPA, Ust. Kholiq Ridwan, justru mempertanyakan tentang mengapa MUI Jatim begitu cepat mengeluarkan fatwa sesat Syiah. "Padahal, sepengetahuan saya, Syiah tidak pernah membuat masalah," tegasnya.
Selain itu, lanjutnya, Syiah diakui sebagai bagian dari umat Islam sebagaimana maktub dalam Risalah Amman 2004. "Syiah sudah ada di Indonesia selama ratusan tahun, sedangkan Wahhabi[sme] yang tak pernah diakui sebagai mazhab yang sah dan cukup menimbulkan masalah, justru tidak direspons dan terkesan dibiarkan," imbuh Ust. Kholiq.
Tak ayal, suasana forum itu mulai memanas. Sejurus kemudian, MUI Jatim menyampaikan jawaban sekenanya dan beraroma diplomatis. Bahkan, salah satu undangan menyatakan bahwa masalah Wahhabisme secara khusus agak sulit disikapi karena Wahhabisme merupakan bagian dari [mazhab] Ahlusunnah, terlebih para pembesar mereka merupakan "khadimul haramayn" (pelayan dua tempat suci Makkah dan Madinah).
Jawaban tidak logis dan terkesan dipaksakan itu kontan saja membuat sebagian hadirin, khususnya dari perwakilan NU, merasa tidak puas. "Apakah gelar (yang diklaim sendiri) dan kedudukan itu menjamin mereka tidak sesat dan mewakili umat Islam?" Namun, tanpa mempedulikan ketidakpuasan mereka, pihak panitia buru-buru menutup acara itu.
Keluar dari ruangan menuju lobby hotel, reporter Islam Times menemukan beberapa lembar undangan seminar yang juga diprakarsai pihak MUI dan Dewan Dakah Islamiyyah Indonesia. Di situ terpampang tema seminar, "Bahaya dan Ancaman Syiah terhadap Keutuhan NKRI". Pihak NU Batam menilai seminar yang disponsori kelompok Wahhabi dalam tubuh Partai Keadilan Sejahtera itu sebagai bentuk pengalihan isu. (IT/Rj)
Berikut foto-foto MUI Jatim ke Batam
\
Tidak ada komentar:
Posting Komentar